Rabu, 22 April 2009

Baik Sangka Itu Menciptakan Ketentraman

BAIK SANGKA ITU MENCIPTAKAN KETENTRAMAN
Oleh Shofiulloh

Ketika perang Badar sedang berkecamuk, sejumlah penyamun yang kelelahan singgah di sebuah rumah terpencil milik keluarga muslim. Mereka mengaku baru saja berjuang dijalan Al­lah dan terpisah dari pasukan Islam yang sudah bertolak menuju Madinah lebih dahulu.Dengan suka cita, meskipun hari telah menjelang larut malam, tuan rumah menyambut mereka.

Untuk menghormati para "pejuang" itu, ia menyediakan makanan dan kopi hangat, dan memerintahkan istrinya untuk menyiapkan tempat istirahat para tamunya dengan hamparan permadani. Untuk keperluan wudhu, mereka ditimbakan air, can diletakkan di dalam kamar, dibawahnya ditaruh bejana.
Tentu saja para penyamun itu merasa keenakan, sehingga keesokan harinya mereka baru bangun setelah hari menjelang siang.

Sesudah menyantap sarapan yang dihidangkan tuan rumah, mereka mohon diri. Ketika melewati kamar tuan rumah yang kebetulan terbuka pintunya, pemimpin penyamun melihat sekilas ada anak lelaki terbaring tidak berdaya. Tanpa ditanya, si tuan rumah berkata,"Itulah satu-satunya anak saya. Tetapi sejak kecil ia hanya bisa berbaring sesudah diserang kelumpuhan akibat demam panas. Dengan doa tuan-tuan selaku fi sabilillah, kami berharap agar ia dapat disembuhkan dari penyakitnya, dipulihkan kesehatannya.Seraya melirik kepada anak buahnya, pepimpin penyamun itu menjawab, "Amien," disambut mereka dengan seruan yang sama, "Amien,"

Tuan rumah lega dan sangat bangga karena tempat tinggalnya disinggahi para pejuang yang gagah berani . Sehingga tatkala pada malam barikutnya, mereka datang lagi, ia dengan lebih ikhlas membuka pintu rumahnya. Mengherankan, anak lelaki yang kemarin terbaring tak berdaya, kini sudah sehat, bahkan ikut menyambutnya. Seakan tidak percaya, pemimpin penyamun itu bertanya, "Diakah anak Tuan yang lumpuh itu?" "Betul," ujar tuan rumah dengan mata berbinar-binar. "Dialah anak saya yang kemarin masih lumpuh." Dengan obat apa ia bisa disembuhkan dari penyakit lumpuh?" tanya sipemimpin penyamun makin heran. "Dengan air bekas wudhu Tuan-tuan," jawab tuan rumah.

Lalu ia pun bercerita, bahwa ketika kemarin para tamunya itu bangun sudah siang, tetapi ia yakin mereka sudah salat subuh kemudian tidur kembali. Maka air yang tertampung di bejana, pasti merupakan cucuran wudhu mereka, kemudian dioleskannya ke sekujur tubuh anaknya berkali-kali, seraya berdoa kepada Allah. "Rupanya, berkat keikhlasan Tuan-tuan dan pengorbanan yang sangat besar demi membela agama dan nabi, doa kami suami istri dikabulkan Allah. Karena Tuan-tuan sebagai pejuang fi sabilillah adalah penyelamat kami dari aniaya kaum musyrikin."

Pemimpin penyamun tertunduk. Juga seluruh anak buahnya. Setelah berada di kamar, mereka saling berpelukan dan bertangisan, mengutuk perbuatan dan penipuan mereka, yang dibalas dengan baik sangka oleh suami istri yang berbudi itu. Dan sejak itu mereka bersumpah hendak menghentikan semua kejahatan mereka. Dengan tekad yang kuat, mereka berjanji akan menjadi muslim yang baik, dan kalau perlu rela mati di medan perjuangan untuk membela keluhuran agama Islam.

Pantas, Rasulullah senantiasa menganjurkan, demi terciptanya perdamaian dan persaudaraan, untuk tegaknya kesejahteraan dan ketentraman, sematkanlah sifat husnudzan atau berbaik sangka kepada orang lain. Sebab acapkali, baik sangka justru mengubah sikap permusuhan menjadi persahabatan yang tulus dan tanpa pamrih. Apalagi antara suami dan istri, antara orang tua dan anak-anaknya.

Wallahu `alam bish-shawab

Tidak ada komentar: